Latest Entries »

Selasa, 23 Februari 2010

Materi Seminar Sehari "Deteksi Dini Penyakit Paru Akibat Kerja"

Epidemiologi Penyakit Paru Akibat Kerja

Oleh
dr. Baju Widjasena, M.Erg
Staff pengajar Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
Semarang

I. Pendahuluan

Modernisasi berdampak terhadap kemajuan industri. Industrialisasi diikuti dengan penggunaan bahan kimia dan mesin-mesin industri. Lingkungan industri yang mengandung Hazard (potensi bahaya) berpengaruh terhadap produktivitas Tenaga kerja .
Potensi bahaya di lingkungan industri dapat menyebabkan penyakit akibat kerja yang mengenai organ-organ tubuh tenaga kerja. Salah satu organ tubuh yang terkena adalah paru tenaga kerja.
Di USA penyakit paru akibat kerja merupakan penyakit akibat kerja nomer satu dikaitkan dengan frekuensi, tingkat keparahan dan kemampuan pencegahannya. Biasanya disebabkan oleh paparan iritasi atau bahan toksik yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan akut maupun kronis. Kebiasaan merokok akan memperparah penyakit tersebut. Total pembiayaan penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja mencapai $ 170 milyar pertahunnya. Pada tahun 2002, tercatat tercatat 294.500 kasus baru. Secara keseluruhan 2,5 per 10.000 tenaga kerja berkembang menjadi non fatal penyakit akibat kerja. Penyakit akibat kerja biasanya sulit disembuhkan akan tetapi mudah dicegah. (www. Lungusa.org, diakses 17 juli 2006).
Di Indonesia, belum ada data mengenai penyakit akibat kerja pada umumnya dan penyakit paru khususnya. Belum adanya data dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain Sistem Informasi Kesehatan Kerja yang belum berjalan, kurang dan lemahnya sumber daya di bidang kesehatan kerja, kurangnya partisipasi pengusaha serta kurangnya dukungan dari pemerintah.
Mengingat semakin meningkatnya kasus penyakit paru akibat kerja dan pentingnya upaya pencegahannya, maka perlu diketahui epidemiologi penyakit paru akibat kerja. Diharapkan dengan pengetahuan ini, minimal diketahui macam macam penyakit akibat kerja, agen penyebab penyakit akibat kerja dan jenis industri tempat timbulnya penyakit paru akibat kerja dan upaya pencegahannya.

II. Definisi Penyakit Akibat Kerja

Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang timbul karena hubungannya dengan kerja atau yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Menurut Keppres RI no 22 tahun 1993 tentang penyakit yang timbul karena hubungan kerja terdapat 31 jenis penyakit. Secara khusus terdapat 6 jenis penyakit yang mengenai paru tenaga kerja dalam peraturan tersebut. Penyakit tersebut meliputi Pneumokoniosis, Penyakit paru & saluran napas oleh debu logam berat, disebakan oleh debu kaps, vlas, henep dan sisal, Asma akibat kerja, Alveolitis alergika akibat debu organik, Kanker paru atau mesothelioma oleh asbes dan Penyakit infeksi oleh virus, bakteri atau parasit yang didapat pada pekerjaan berisiko terkontaminasi.

III. Komponen Penyebaran Penyakit Paru Akibat kerja

1. Faktor penyebab
Faktor penyebab penyakit paru akibat kerja di golongkan menjadi 2 golongan besar yaitu :
a. Golongan kimiawi meliputi debu logam berat, debu organik, debu anorganik
b. Golongan biologis meliputi bakteri, virus dan jamur
2. Faktor Host
Faktor host yang berpengaruh terhadap timbulnya penyakit paru akibat kerja adalah :
a. Faktor imunitas
b. Faktor gizi
3. Faktor Lingkungan
Keadaan yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan tenaga kerja adalah kondisi fisik dan sanitasi dari lingkungan kerja tersebut, sistem organisasi kerja ( lama kerja, lama istirahat dan sistem shift) dan ketersediaan pelayanan kesehatan kerja

IV. Macam Penyakit Paru Akibat Kerja

Berdasarkan Keppres RI no 22 tahun 1993 penyakit paru akibat kerja meliputi Pneumokoniosis, Penyakit paru & saluran napas oleh debu logam berat, Penyakit paru & saluran napas disebabkan oleh debu kapas, vlas, henep dan sisal (Byssinosis), Asma akibat kerja, Alveolitis alergika akibat debu organik, Kanker paru atau mesothelioma dan Penyakit infeksi oleh virus, bakteri atau parasit yang didapat pada pekerjaan berisiko terkontaminasi.

1. Pneumoconiosis
Merupakan istilah yang digunakan menyatakan penyakit paru yang disebabkan inhalasi debu terutama debu anorganik di alam. Penyakit tersebut antara lain :
a. Silicosis
Merupakan penyakit paru yang disebabkan oleh inhalasi dan retensi kristal silica dioxide di paru. Tenaga kerja yang terkena silicosis biasanya bekerja di industri penambangan batu, sanblasting dan industri lain yang terdapat debu silica yang dapat terhirup masuk ke dalam paru.
Sekitar satu juta pekerja diyakini terpapar debu silika di tempat kerjanya. Tiap tahun 200 orang meninggal akibat silikosis sebagai sebab utama kematiannya baik yang tercatat maupun yang tidak tercatat dalam catatatan laporan kematian. Angka rata-rata tersebut stabil mulai awal tahun 1990 dari tahun ke tahun.
b. Asbestosis
Merupakan penyakit paru progresif berupa jaringan parut di jaringan paru disebabkan oleh inhalasi filamen asbes ke dalam paru. Tenaga kerja yang terkena biasanya mereka yang bekerja pada industri konstruksi dan industri yang menggunakan bahan dasar asbes.
Di USA, diperkirakan 1,3 juta pekerja terpapar debu asbes di tempat kerjanya. Antara tahun 1980 hingga 2002 tercatat 6.343 kematian akibat asbestosis.
c. Coal worker’s (Black lung disease).
Merupakan penyakit paru yang disebabkan oleh inhalasi debu batu bara. Tenaga kerja yang terkena biasanya bekerja di industri pertambangan terutama tambang batu bara,
Diperkirakan 2,8% pekerja tambang batu bara terkena coal worker’s, di mana 0,2% mengalami fibrosis paru sebagai bentuk terberat dari penyakit ini. Tiap tahun terdapat 400 kematian akibat penyakit ini.
2. Byssinosis (Brown Lung disease)
Merupakan penyakit paru kronis yang menyerang pada tenaga kerja di industri tekstil akibat pemaparan debu kapas, vlas, henep dan sisal. Ditemukan pertama kali oleh dokter dari Belgia yang mengadakan penelitian tentang gejala penyakit saluran napas di industri tekstil 100 tahun yang lalu.
WHO menyatakan bahwa antara tahun 1979 hingga 2002 terdapat 140 kematian akibat terkena byssinosis. Tercatat lebih dari 35.000 kasus tenaga kerja yang mengalami gangguan fungsi paru akibat byssinosis.

3. Asma akibat kerja
Merupakan kasus penyakit paru akibat kerja paling sering timbul di USA. Diperkirakan 15 hingga 23% dari kasus penyakit asma baru yang muncul pada penderita dewasa merupakan asma akibat kerja. Kasus ini termasuk asma yang diperburuk oleh kondisi lingkungan kerja ( aggravate preexisting asthma )

4. Alveolitis alergika akibat debu organik
Penyakit ini lebih sering disebut juga sebagai Hypersensitivity pneumonitis. Alveolitis alergika merupakan penyakit paru yang diakibatkan inhalasi dari debu organik seperti spora jamur, kotoran burung. Debu organik yang terhirup menyebabkan peradangan pada alveoli dan dapat menimbulkan jaringan parut. Penyakit ini menyerang tenaga kerja yang bergerak
Kematian akibat penyakit ini meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1979 terdapat 20 kematian dan meningkat lebih dari dua kali lipat pada tahun 1999 yaitu menjadi 57 kematian.

5. Kanker paru atau mesothelioma oleh asbes
Di dunia, Sekitar 20 hingga 30 % pria dan 5 hingga 20 % wanita telah terpapar agen penyebab kanker paru di lingkungan kerjanya.

6. Penyakit infeksi oleh virus, bakteri atau parasit yang didapat pada pekerjaan berisiko terkontaminasi.
Penyakit yang termasuk dalam golongan ini adalah Anthrak, Tuberkulosis, Avian Infleuenza. Penyakit anthrak di derita oleh tenaga kerja di sektor peternakan dan penyamakan kulit binatang. Penyakit tuberkulosis menyerang tenaga kerja yang bekerja pada semua tenaga yang berisiko terkena penyebab penyakit paru akibat kerja lainnya. Penyakit avian influenza menyerang tenaga kerja di sektor peternakan unggas dan babi.

V.Upaya Pencegahan

Dalam rangka pencegahan Penyakit Paru akibat Kerja diperlukan kerja-sama sinergis antara tenaga kerja, Departemen K3, dokter perusahaan dan pihak manajemen perusahaan.
Kegiatan pencegahan meliputi kegiatan
1. Penerapan peraturan perundangan yang berlaku
Upaya perlindungan dan pencegahan terhadap akibat yang merugikan perusahaan maupun tenaga kerja melalui penerapan Standart Operating Procedure ( SOP ), Petunjuk dan cara kerja berdasar norma kerja berdasar Undang-undang dan peraturan K3 yang berlaku seperti Nilai Ambang Batas Faktor Kimia di tempat kerja.

2. Identifikasi Potensi Bahaya dan penilaian risiko
Merupakan pengenalan terhadap kondisi lingkungan kerja, pekerjaan dan beberapa faktor lingkungan kerja yang dapat mengakibatkan timbulnya penyakit paru akibat kerja. Hasil dari pengenalan dapat digunakan bahan dalam melakukan analisis risiko. Kedua hal tersebut sangat penting dalam upaya pencegahan

3. Pengujian dan pemantauan lingkungan kerja
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mendapat data mengenai faktor kimia maupun biologis. Dari kegiatan ini akan didapatkan hasil kadar potensi bahaya yang ada.

4. Pengujian Kesehatan Tenaga Kerja & Pemantauan Biologis
Pemeriksaan kesehatan sangat perlu dalam rangka penegakan diagnosis penyakit akibat kerja. Pemeriksaan kesehatan tersebut meliputi pemeriksaan kesehatan awal, berkala dan khusus.

5. Teknologi Pengendalian
Berdasarkan hirarki pengendalian mulai darieliminasi, subtitusi, engineering control, administrasi dan alat pelindung diri.


VI. Pustaka

1. Occupational Lung Disease Fact sheet. http://www.lungusa.org/site%20diakses%2017%20Juli%202006

2. Djojodibroto, R D. 1999. Kesehatan kerja di Perusahaan. Gramedia. Jakarta.

3. Budiono, S.A.M.; R.M.S. Jusuf dan Adriana, P. 2003.Bunga Rampai Hiperkes & KK, Universitas Diponegoro, Semarang

4. Suma’mur, PK. 1998. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. CV Masagung. Jakarta.

5. Williams, PL anda Burson, JL. 1985. Industrial Toxicology. Van Norstrand. New York.

Senin, 22 Februari 2010

GAMBARAN UMUM


Luas tanah kira-kira 3.368 meter persegi yang ditempati oleh BKPM wilayah semarang dan BKIM Semarang. BKPM semarang menempati gedung untuk rumah dinas yang dimnfaatkan untuk pelayanan seluas 153 meter persegi.

Sabtu, 20 Februari 2010

SEJARAH BKPM SEMARANG


BKPM wilayah semarang berkedudukan di Jl.KH.Ahmad dahlan No.38. letaknya sangat strategis dikawasan simpang lima. kira-kira 500 m dari simpang lima dan berhadapan dengan RSU Tlogorejo Semarang.

Didirikan pertama kali pada tanggal 2 september 1962 dengan nama Balai Pemberantasa Penyakit Paru-Paru (BP4) yang terletak di Jl.Pandaran No. 25 Semarang.tenaga yang melaksanakan pelayanan waktu itu sebanyak 2 orang pegawai. Kunjungan BKPM Wilayah Semarang dari tahun ke tahun bertambah sehingga tempat pelayanan kurang mencukupi dan kurang memenuhi syrat untuk pelayanan.

Pada tanggal 4 Februari 1980, BKPM Wilayah Semarang pindah ke Jl.KH. Achmd Dahlan No.39 Semarang. Pimpinan BKPM sejak berdiri samai sekarang adalah sebagai berikut:
Tahun 1952-1970, dipimpin oleh dr.R.Sumartono,Ahli paru-paru
Tahun 1970-1984, dipimpin oleh dr.R.Sumanto, Ahli paru-paru
Tahun 1984-1988, dipimpin oleh dr. Agus Djupri
Tahun 1988-1992, dipimpin oleh dr.Raharjo, SP
Tahun 1992-1994, dipimpin oleh dr. Hermawati Anantaraharja
Tahun 1994-2002, dipimpin oleh dr. Endang Merdekaningsih
Tahun 2002- sekarang sebagai kepala BKPM Wilayah Semarang adalah dr. Nurhayati, M.Kes
Awalnya pelayanan BP4 SEmarang mempunyai tujuan sosial menolong masyarakat yang terkena penyakit paru-paru dengan pelayanan secara cuma-cuma.Karena harga obat meningkat dan masyarakat yang mendapat pelayanan kesehatan semakin banyak, seangkan kondisi keuangan pemerintah tidak mencukupi, maka BP4 diubah namanya menjadi Balai Pengobatan enyakit Paru-Paru (BP4), sesuai yang tertuang dalam SK Menkes No.144/Menkes/SK/1987tahun 1987.
Sejak pergantian nama tersebut maka penderita penyakit paru-paru yang berobat dipugut biaya sekedarnya. Kemudian sebagai dasar tarif pelayanan kesehatan di BP4 maka diterbitkan surat edaran Binkesmas Departemen Kesehatan RI No.958/BM/DJ/VI/1992 tentang petunjuk pelaksanaan Pola Tarif Pelayanan Kesehatan di BP4. Pada tahun 2001 tentang tarif dan jenis Pnerimaan Negara Bukan Pajak
Dengan adanya otonomi daerah, nama BP4 berubah menjadi Balai Pencegaan Penyakit Paru (BP4), sesuai dengan Perda Privinsi Jawa Tengah No. 1 tahun 2002 tentang kedudukan, tugas pokok, fungsi dan susunan Organisasi Unit Pelaksanaan Teknis Dinas Kesehatan.
Berdasarkan perda tersebut maka BP4 tidak hanya melaksanakan pelayanan pengobatan saja tetapi melaksanakan pelayanan Promotif, Preventif, Kuratif, Rehabilitatif.
Penjelasan Peraturan Daerah (PERDA) Jawa Tengah No.7 Tahun 2008 tentang organisasi dan tenaga kerja Provinsi Jawa Tengah.

TUJUAN, VISI DAN MISI

TUJUAN:
Meningkatkan Status Kesehatan Paru Dan Pernafasan Bagi Masyarakat Melalui Upaya Penanggulangan Penyaki Paru Dan Pernafasan Secara Menyeluruh
VISI:
Menjadi Pusat : Rujukan Pelayanan Kesehatan Paru Dan Pernafasan Yang Terbaik Di Jawa Tengah
MISI :
1. Melaksanakan Pelayanan Kesehatan Paru Dan Pernafasan Yang Bermutu Dan Terjangkau
2. Meningkatkan Profesionalisme, Dedukasi Dan Liyalitas Serta Kesejahteraan
3. Menggerakkan Peran Serta Masyarakat Untuk Melaksanakan Pembangunan Kesehatan Paru Dan Pernafasan Secara Terpadu Dan Terintegrasi
4. Pemenuhan Sarana Dan Prasarana Untuk Kenyamanan Dan Keamanan.

JENIS PELAYANAN

JENIS PELAYANAN



1. Pojok informasi
Koordinator : Sri Tjahjowati , SKM,M.Kes
Jenis pelayanan : Memberikan informasi mengenai alur pelayanan di BKPM, membantu pasien yang kesulitan dalam proses pelayanan dan membagikan leaflet, blooklet, atau informasi kesehatan lainnya
Pelaksana pelayanan : petugas administrasi yang terlatih
Waktu playanan : 07.00 s/d selasai

2. Pendaftaran dan rekam medis
Koordinator : urip pamujiono , s.kom
Jenis pelayanan : Rekam Medis
Pelaksana pelayanan : Sarjana Informatika, Ahli Madya Rekam Medis
Waktu pelayanan : 07.00 s/d selasai

3. Kasir
Koordinator : Chris Subanu
Jenis pelayanan : Melayani pebayaran kesehatan
pelaksana pelayanan : Pelaksana Administrasi
Waktu pelayanan : 07.00 s/d selasai

4. Pelayanan gawat darurat
Koordinator : dr. Sri Purwani
Jenis pelayanan : Meengelola Kasus Gawat Darurat Paru Dan Pernafasan
Pelaksana pelayanan : Dokter Umum Plus, Perawat Yang Sudah Terlatih
Waktu pelayanan : Setiap Hari Kerja Jam 07.30 S/D Selesai
Tarif : Sesuai Tindakan Yang Dilakukan

5. Klinik umum I
Koordinator : dr. Laksmi Satriana
Jenis pelayanan : memeriksa fisik pasien baru untuk mendukung menegakkan diagnosa
Pelaksana pelayanan : Dokter Umum, Perawat
Waktu pelayanan : 07.30 S/D Selesai
Tarif : Rp. 6000,-



6. Klinik umum II
Koordinator : dr. Yuli Elvita
Jenis pelayanan : Pengelolaan pasien lama Non TB Paru
Pelaksana pelayanan : Dokter Umum, Perawat
Waktu pelayanan : 07.30 S/D Selesai
Tarif : Rp. 6000,-

7. Klinik TBC
Koordinator : dr. Herti Rachmawati
Jenis pelayanan : Pengelolaan pasien TB baik kasus baru maupun kasus lama
Pelaksana pelayanan : Dokter Umum, Perawat, SKM
Waktu pelayanan : 07.30 S/D Selesai
Tarif : Rp. 6000,-

8. Pojok Gizi
Koordinator : dr. Ulfa Yuaeni
Jenis pelayanan : - Memberikan penyuluhan dan konsultasi gizi
- Memberikan makanan tambahan bagi pasien TB dengan gizi kurang /buruk.
Pelaksana pelayanan : Dokter Umum, Perawat, Ahli Madya Gizi
Waktu pelayanan : 07.30 S/D Selesai

9. Pelayanan laboratorium
Koordinator : dr. Herti Rachmawati
Jenis pelayanan : Pemerikasaan Hematologi, Mikrobiologi, Kimia Klinis, Dan Tes Mantoux
Pelaksana pelayanan : Analis Kesehatan, Pekarya Yang Sudah Terlatih
Waktu pelayanan : 07.30 S/D Selesai
Tarif : Sesai Dengan Permintaan

10. Rontgen/Radiologi
Koordinator : dr. Saryono Sudarjo
Jenis pelayanan : Pemerikasaan Foto Torax, Foto Kepala, Foto Abdomen, Extremitas.
Pelaksana pelayanan : Dokter Spesialis Ridiologi, Dokter Umum Plus, Penata Rontgen, Petugas Administrasi
Waktu pelayanan : 07.30 S/D Selesai
Tarif : Sesai permintaan foto rontgen dari dokter pengirim.


11. Pelayanan spesialis
a. Klinik spesialis paru dan pernafasan
Koordinator : dr. Dwi Bambang, Sp.P
Jenis pelayanan : Konsultasi, pemerikasaan tindakan dan terapi khusus
Pelaksana pelayanan : Dokter Spesialis paru, Perawat yang sudah terlatih
Waktu pelayanan : Jum’at jam 10.00 S/D Selesai
Tarif : Rp. 9.000,-
b. Klinik Spesialis Anak
Koordinator : dr. Ellyawati Sp.A
Jenis Pelayanan : Konsultasi, pemerikasaan tindakan dan terapi khusus anak
Pelaksana Pelayanan : Dokter Spesialis Anak, Perawat
Waktu Pelayanan : JRabu jam 11.30 S/D Selesai
Tarif : Rp. 9.000,-
c. Klinik rehabilitasi medik
Koordinator : dr. Siti Hanan, Sp.M/ dr.Sugianto, Sp.RM
Jenis Pelayanan : Konsultasi, pemerikasaan dan kimia klinis
Pelaksana Pelayanan : Dokter Spesialis rehabilitasi medic, perawat isioterapi yang sudah terlatih.
Waktu Pelayanan : setiap hari kamis jam 07.30 S/D Selesai
Tarif : sesuai dengan pemerikasaan
d. Klinik Spesialis Radiologi
Koordinator : dr. Zaliyah,Sp.Rad
Jenis Pelayanan : Konsultasi, pemerikasaan foto
Pelaksana Pelayanan : Dokter Spesialis Radiologi, Dokter Umum Plus, peneta Rontgen, Petugas administrasi
Waktu Pelayanan : Setiap hAri jam 08.00-0900
Tarif : sesuai permintaan foto rontgen dari dokter pegirim

12. Klinik rehabilitasi medik
Koordinator : dr. Elhamangto Zuhdan
Jenis Pelayanan : Tindakan pemulihan kesehatan paru
Pelaksana Pelayanan : Ahlimadya Fisioterapi
Waktu Pelayanan : Setiap hari kerja jam 07.30 S/D Selesai
Tarif : sesuai dengan jenis tindakan

13. Klinik TB Anak
Koordinator : dr. M.Th.Pancawardhani
Jenis pelayanan : Pengelolaan pasien tersangka TB
Pelaksana pelayanan : Dokter Umum, Perawat.
Waktu pelayanan : 07.30 S/D Selesai
Tarif : Rp. 6000,-

14. Pojok DOTS
Koordinator : dr. Herti Rachmawati
Jenis pelayanan : Memberikan penyuluhan dan konseling tentang TB dan permasalahannya
Pelaksana pelayanan : Dokter Umum, Perawat, SKM
Waktu pelayanan : 07.30 S/D Selesai

15. Pelayanan Mobil Ambulance
Koordinator : Retno wulandari,SKM, M.Kes
Jenis pelayanan : Peminjaman Mobil Ambulance
Pelaksana pelayanan : Sopir Ambulance
Waktu pelayanan : Sesuai Dengan Hari Kerja Bila Diperlukan
Tarif : Sesuai Dengan Perda Prop.Jateng No.7 tahun 2003

16. Klinik VCT TB-HIV/AIDS
Koordinator : dr. Nurhayati M.Kes
Jenis pelayanan : Memberikan konsultasi dan tes secara sukarela pada orang yang pengen mengetahui kesehatannya terutama untuk penyakit TB dan HIV/AIDS
Pelaksana pelayanan : Dokter Umum, Konselor, Manajer Kasus, Ahli Madya Analis
Waktu pelayanan : Setiap hari kerja 09.00 s/d selesai

17. Klinik Asma
Koordinator : dr. Yuli Elvita
Jenis pelayanan : Pengelolaan Kasus Asma Baik Baik Kasus Baru Maupun Lama
Pelaksana pelayanan :
Waktu pelayanan : 07.30 s/d selesai
Tarif : Rp. 5.000,-

18. Klinik konseling berhenti merokok
Koordinator : Dididk suwarsono, S.KM
Jenis pelayanan : Pelayanan konsultasi car berhenti merokok, advokasi, penyebar luasan informasi bahaya merokok, tindakan pengukuran fungsi paru akibat asap rokok.
Pelaksana pelayanan : Dokter, Konselor, perawat, SKM
Waktu pelayanan : 07.30 s/d selesai
Tarif : Rp.10.000,-

19. Klinik Sanitasi
Koordinator : Zoky Abadi Harahap, S.KM
Jenis pelayanan : Pelayanan konsltasi sanitasi (erkaitan dengan kesehatan paru)
Pelaksana pelayanan : Sanitarian
Waktu pelayanan : 07.30 s/d selesai
Tarif : Rp.5.000,-

20. Klinik One Day Care (Pelayanan Perawatan Sementara)
Koordinator : dr. Sri Purwani B
Jenis pelayanan : Pelayanan Perawatan sementara pasien gawat paru
Pelaksana pelayanan : Dokter Spesialis, Dokter Umum Plus, Dokter Umum, Perawat
Waktu pelayanan : 07.30 s/d selesai
Tarif : sesuai jenis pelayanan (tindakan).

Jumat, 19 Februari 2010

KEGIATAN DILUAR GEDUNG

1. Penyuluhan kegiatan kelompok tentang kesehatan paru masyarakat melalui organisasi sosial, keagamaan dan organisasi profesi
2. Penyuluhan kesehatan paru dan pernafasan melalui media elektronik dan cetak
3. Bekerja sama dengan RRI dalam program siaran Maskit (Masalah Kita) setiap bulan
4. Melaksanakan kegiatan senam asma di BKPM dan kunjungan ke sasana asma semarang
5. Mengadakan seminar kesehatan paru
6. Melakukan kunjungan rumah untuk pasien TB paru yang teranca drop out atau yang sudah drop out.
7. Meaksanakan fasilitasi,koodinasi pelayanan kesehatan paru dan pernafasan di 14 Kabupaten/Kota wilayah kerja BKPM Wilayah Semarang
8. Mengembangakan pelayanan TB dengan metode pendekatan keluarga
9. Melaksanakan evaluasi pengobatan TB paru
10. Surveilans epidemilogi penyakit TB dan HIV/AIDS
11. Deteksi din penyakit paru :
a. Tes mantoux untuk pelajar dan pekerja
b. Pelayanan spirometri untuk pelajar dan pekerja
12. Pelayanan VCT mobile untuk 9 BP4/BKPM se-jawa tengah
13. Pendampinagn manajer kasus untuk pasien TB-HIV
UPAYA KESEHATAN BERSUMBAR MASYARAKAT
1. Paguyuban paru sehat
2. Paguyuban penyandang asma
3. KDS Arjuna Plus
Rata Penuh

KEGIATAN DALAM GEDUNG



BKPM semarang dapat melakukan pelayanan untuk mesyarakat umum, peserta ASKES dan keluarga miskin yang memiliki kartu Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin (PJKMM). Pelayanan dilaksanakan setiap hari senin s/d sabtu kecualihari libur.

Kunjungan pasien ke BKPM wilayah semarang samai tanggal 24 Desember 2009 sebanyak 42.718 orang terdiri dari 22.524 orang pasien laki-laki dan 20.194 orang pasien perempuan. Rata-rata kunjungan pasien baru perhari 109 pasien. Pasien yang datang ke BKPM wilayah semarang adalah dari kabupaten Demak, Kabupaten Semarang, Kabupaten Grobogan, dan beberapa kabupaten lainnya disekitar Semarang dan kadang lebih jauh lagi, misalnya Kabuaten Boyolali dan Kabupaten Kudus.