Epidemiologi Penyakit Paru Akibat Kerja
Oleh
dr. Baju Widjasena, M.Erg
Staff pengajar Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
Semarang
I. Pendahuluan
Modernisasi berdampak terhadap kemajuan industri. Industrialisasi diikuti dengan penggunaan bahan kimia dan mesin-mesin industri. Lingkungan industri yang mengandung Hazard (potensi bahaya) berpengaruh terhadap produktivitas Tenaga kerja .
Potensi bahaya di lingkungan industri dapat menyebabkan penyakit akibat kerja yang mengenai organ-organ tubuh tenaga kerja. Salah satu organ tubuh yang terkena adalah paru tenaga kerja.
Di USA penyakit paru akibat kerja merupakan penyakit akibat kerja nomer satu dikaitkan dengan frekuensi, tingkat keparahan dan kemampuan pencegahannya. Biasanya disebabkan oleh paparan iritasi atau bahan toksik yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan akut maupun kronis. Kebiasaan merokok akan memperparah penyakit tersebut. Total pembiayaan penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja mencapai $ 170 milyar pertahunnya. Pada tahun 2002, tercatat tercatat 294.500 kasus baru. Secara keseluruhan 2,5 per 10.000 tenaga kerja berkembang menjadi non fatal penyakit akibat kerja. Penyakit akibat kerja biasanya sulit disembuhkan akan tetapi mudah dicegah. (www. Lungusa.org, diakses 17 juli 2006).
Di Indonesia, belum ada data mengenai penyakit akibat kerja pada umumnya dan penyakit paru khususnya. Belum adanya data dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain Sistem Informasi Kesehatan Kerja yang belum berjalan, kurang dan lemahnya sumber daya di bidang kesehatan kerja, kurangnya partisipasi pengusaha serta kurangnya dukungan dari pemerintah.
Mengingat semakin meningkatnya kasus penyakit paru akibat kerja dan pentingnya upaya pencegahannya, maka perlu diketahui epidemiologi penyakit paru akibat kerja. Diharapkan dengan pengetahuan ini, minimal diketahui macam macam penyakit akibat kerja, agen penyebab penyakit akibat kerja dan jenis industri tempat timbulnya penyakit paru akibat kerja dan upaya pencegahannya.
II. Definisi Penyakit Akibat Kerja
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang timbul karena hubungannya dengan kerja atau yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Menurut Keppres RI no 22 tahun 1993 tentang penyakit yang timbul karena hubungan kerja terdapat 31 jenis penyakit. Secara khusus terdapat 6 jenis penyakit yang mengenai paru tenaga kerja dalam peraturan tersebut. Penyakit tersebut meliputi Pneumokoniosis, Penyakit paru & saluran napas oleh debu logam berat, disebakan oleh debu kaps, vlas, henep dan sisal, Asma akibat kerja, Alveolitis alergika akibat debu organik, Kanker paru atau mesothelioma oleh asbes dan Penyakit infeksi oleh virus, bakteri atau parasit yang didapat pada pekerjaan berisiko terkontaminasi.
III. Komponen Penyebaran Penyakit Paru Akibat kerja
1. Faktor penyebab
Faktor penyebab penyakit paru akibat kerja di golongkan menjadi 2 golongan besar yaitu :
a. Golongan kimiawi meliputi debu logam berat, debu organik, debu anorganik
b. Golongan biologis meliputi bakteri, virus dan jamur
2. Faktor Host
Faktor host yang berpengaruh terhadap timbulnya penyakit paru akibat kerja adalah :
a. Faktor imunitas
b. Faktor gizi
3. Faktor Lingkungan
Keadaan yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan tenaga kerja adalah kondisi fisik dan sanitasi dari lingkungan kerja tersebut, sistem organisasi kerja ( lama kerja, lama istirahat dan sistem shift) dan ketersediaan pelayanan kesehatan kerja
IV. Macam Penyakit Paru Akibat Kerja
Berdasarkan Keppres RI no 22 tahun 1993 penyakit paru akibat kerja meliputi Pneumokoniosis, Penyakit paru & saluran napas oleh debu logam berat, Penyakit paru & saluran napas disebabkan oleh debu kapas, vlas, henep dan sisal (Byssinosis), Asma akibat kerja, Alveolitis alergika akibat debu organik, Kanker paru atau mesothelioma dan Penyakit infeksi oleh virus, bakteri atau parasit yang didapat pada pekerjaan berisiko terkontaminasi.
1. Pneumoconiosis
Merupakan istilah yang digunakan menyatakan penyakit paru yang disebabkan inhalasi debu terutama debu anorganik di alam. Penyakit tersebut antara lain :
a. Silicosis
Merupakan penyakit paru yang disebabkan oleh inhalasi dan retensi kristal silica dioxide di paru. Tenaga kerja yang terkena silicosis biasanya bekerja di industri penambangan batu, sanblasting dan industri lain yang terdapat debu silica yang dapat terhirup masuk ke dalam paru.
Sekitar satu juta pekerja diyakini terpapar debu silika di tempat kerjanya. Tiap tahun 200 orang meninggal akibat silikosis sebagai sebab utama kematiannya baik yang tercatat maupun yang tidak tercatat dalam catatatan laporan kematian. Angka rata-rata tersebut stabil mulai awal tahun 1990 dari tahun ke tahun.
b. Asbestosis
Merupakan penyakit paru progresif berupa jaringan parut di jaringan paru disebabkan oleh inhalasi filamen asbes ke dalam paru. Tenaga kerja yang terkena biasanya mereka yang bekerja pada industri konstruksi dan industri yang menggunakan bahan dasar asbes.
Di USA, diperkirakan 1,3 juta pekerja terpapar debu asbes di tempat kerjanya. Antara tahun 1980 hingga 2002 tercatat 6.343 kematian akibat asbestosis.
c. Coal worker’s (Black lung disease).
Merupakan penyakit paru yang disebabkan oleh inhalasi debu batu bara. Tenaga kerja yang terkena biasanya bekerja di industri pertambangan terutama tambang batu bara,
Diperkirakan 2,8% pekerja tambang batu bara terkena coal worker’s, di mana 0,2% mengalami fibrosis paru sebagai bentuk terberat dari penyakit ini. Tiap tahun terdapat 400 kematian akibat penyakit ini.
2. Byssinosis (Brown Lung disease)
Merupakan penyakit paru kronis yang menyerang pada tenaga kerja di industri tekstil akibat pemaparan debu kapas, vlas, henep dan sisal. Ditemukan pertama kali oleh dokter dari Belgia yang mengadakan penelitian tentang gejala penyakit saluran napas di industri tekstil 100 tahun yang lalu.
WHO menyatakan bahwa antara tahun 1979 hingga 2002 terdapat 140 kematian akibat terkena byssinosis. Tercatat lebih dari 35.000 kasus tenaga kerja yang mengalami gangguan fungsi paru akibat byssinosis.
3. Asma akibat kerja
Merupakan kasus penyakit paru akibat kerja paling sering timbul di USA. Diperkirakan 15 hingga 23% dari kasus penyakit asma baru yang muncul pada penderita dewasa merupakan asma akibat kerja. Kasus ini termasuk asma yang diperburuk oleh kondisi lingkungan kerja ( aggravate preexisting asthma )
4. Alveolitis alergika akibat debu organik
Penyakit ini lebih sering disebut juga sebagai Hypersensitivity pneumonitis. Alveolitis alergika merupakan penyakit paru yang diakibatkan inhalasi dari debu organik seperti spora jamur, kotoran burung. Debu organik yang terhirup menyebabkan peradangan pada alveoli dan dapat menimbulkan jaringan parut. Penyakit ini menyerang tenaga kerja yang bergerak
Kematian akibat penyakit ini meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1979 terdapat 20 kematian dan meningkat lebih dari dua kali lipat pada tahun 1999 yaitu menjadi 57 kematian.
5. Kanker paru atau mesothelioma oleh asbes
Di dunia, Sekitar 20 hingga 30 % pria dan 5 hingga 20 % wanita telah terpapar agen penyebab kanker paru di lingkungan kerjanya.
6. Penyakit infeksi oleh virus, bakteri atau parasit yang didapat pada pekerjaan berisiko terkontaminasi.
Penyakit yang termasuk dalam golongan ini adalah Anthrak, Tuberkulosis, Avian Infleuenza. Penyakit anthrak di derita oleh tenaga kerja di sektor peternakan dan penyamakan kulit binatang. Penyakit tuberkulosis menyerang tenaga kerja yang bekerja pada semua tenaga yang berisiko terkena penyebab penyakit paru akibat kerja lainnya. Penyakit avian influenza menyerang tenaga kerja di sektor peternakan unggas dan babi.
V.Upaya Pencegahan
Dalam rangka pencegahan Penyakit Paru akibat Kerja diperlukan kerja-sama sinergis antara tenaga kerja, Departemen K3, dokter perusahaan dan pihak manajemen perusahaan.
Kegiatan pencegahan meliputi kegiatan
1. Penerapan peraturan perundangan yang berlaku
Upaya perlindungan dan pencegahan terhadap akibat yang merugikan perusahaan maupun tenaga kerja melalui penerapan Standart Operating Procedure ( SOP ), Petunjuk dan cara kerja berdasar norma kerja berdasar Undang-undang dan peraturan K3 yang berlaku seperti Nilai Ambang Batas Faktor Kimia di tempat kerja.
2. Identifikasi Potensi Bahaya dan penilaian risiko
Merupakan pengenalan terhadap kondisi lingkungan kerja, pekerjaan dan beberapa faktor lingkungan kerja yang dapat mengakibatkan timbulnya penyakit paru akibat kerja. Hasil dari pengenalan dapat digunakan bahan dalam melakukan analisis risiko. Kedua hal tersebut sangat penting dalam upaya pencegahan
3. Pengujian dan pemantauan lingkungan kerja
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mendapat data mengenai faktor kimia maupun biologis. Dari kegiatan ini akan didapatkan hasil kadar potensi bahaya yang ada.
4. Pengujian Kesehatan Tenaga Kerja & Pemantauan Biologis
Pemeriksaan kesehatan sangat perlu dalam rangka penegakan diagnosis penyakit akibat kerja. Pemeriksaan kesehatan tersebut meliputi pemeriksaan kesehatan awal, berkala dan khusus.
5. Teknologi Pengendalian
Berdasarkan hirarki pengendalian mulai darieliminasi, subtitusi, engineering control, administrasi dan alat pelindung diri.
VI. Pustaka
1. Occupational Lung Disease Fact sheet. http://www.lungusa.org/site%20diakses%2017%20Juli%202006
2. Djojodibroto, R D. 1999. Kesehatan kerja di Perusahaan. Gramedia. Jakarta.
3. Budiono, S.A.M.; R.M.S. Jusuf dan Adriana, P. 2003.Bunga Rampai Hiperkes & KK, Universitas Diponegoro, Semarang
4. Suma’mur, PK. 1998. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. CV Masagung. Jakarta.
5. Williams, PL anda Burson, JL. 1985. Industrial Toxicology. Van Norstrand. New York.
Oleh
dr. Baju Widjasena, M.Erg
Staff pengajar Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
Semarang
I. Pendahuluan
Modernisasi berdampak terhadap kemajuan industri. Industrialisasi diikuti dengan penggunaan bahan kimia dan mesin-mesin industri. Lingkungan industri yang mengandung Hazard (potensi bahaya) berpengaruh terhadap produktivitas Tenaga kerja .
Potensi bahaya di lingkungan industri dapat menyebabkan penyakit akibat kerja yang mengenai organ-organ tubuh tenaga kerja. Salah satu organ tubuh yang terkena adalah paru tenaga kerja.
Di USA penyakit paru akibat kerja merupakan penyakit akibat kerja nomer satu dikaitkan dengan frekuensi, tingkat keparahan dan kemampuan pencegahannya. Biasanya disebabkan oleh paparan iritasi atau bahan toksik yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan akut maupun kronis. Kebiasaan merokok akan memperparah penyakit tersebut. Total pembiayaan penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja mencapai $ 170 milyar pertahunnya. Pada tahun 2002, tercatat tercatat 294.500 kasus baru. Secara keseluruhan 2,5 per 10.000 tenaga kerja berkembang menjadi non fatal penyakit akibat kerja. Penyakit akibat kerja biasanya sulit disembuhkan akan tetapi mudah dicegah. (www. Lungusa.org, diakses 17 juli 2006).
Di Indonesia, belum ada data mengenai penyakit akibat kerja pada umumnya dan penyakit paru khususnya. Belum adanya data dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain Sistem Informasi Kesehatan Kerja yang belum berjalan, kurang dan lemahnya sumber daya di bidang kesehatan kerja, kurangnya partisipasi pengusaha serta kurangnya dukungan dari pemerintah.
Mengingat semakin meningkatnya kasus penyakit paru akibat kerja dan pentingnya upaya pencegahannya, maka perlu diketahui epidemiologi penyakit paru akibat kerja. Diharapkan dengan pengetahuan ini, minimal diketahui macam macam penyakit akibat kerja, agen penyebab penyakit akibat kerja dan jenis industri tempat timbulnya penyakit paru akibat kerja dan upaya pencegahannya.
II. Definisi Penyakit Akibat Kerja
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang timbul karena hubungannya dengan kerja atau yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Menurut Keppres RI no 22 tahun 1993 tentang penyakit yang timbul karena hubungan kerja terdapat 31 jenis penyakit. Secara khusus terdapat 6 jenis penyakit yang mengenai paru tenaga kerja dalam peraturan tersebut. Penyakit tersebut meliputi Pneumokoniosis, Penyakit paru & saluran napas oleh debu logam berat, disebakan oleh debu kaps, vlas, henep dan sisal, Asma akibat kerja, Alveolitis alergika akibat debu organik, Kanker paru atau mesothelioma oleh asbes dan Penyakit infeksi oleh virus, bakteri atau parasit yang didapat pada pekerjaan berisiko terkontaminasi.
III. Komponen Penyebaran Penyakit Paru Akibat kerja
1. Faktor penyebab
Faktor penyebab penyakit paru akibat kerja di golongkan menjadi 2 golongan besar yaitu :
a. Golongan kimiawi meliputi debu logam berat, debu organik, debu anorganik
b. Golongan biologis meliputi bakteri, virus dan jamur
2. Faktor Host
Faktor host yang berpengaruh terhadap timbulnya penyakit paru akibat kerja adalah :
a. Faktor imunitas
b. Faktor gizi
3. Faktor Lingkungan
Keadaan yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan tenaga kerja adalah kondisi fisik dan sanitasi dari lingkungan kerja tersebut, sistem organisasi kerja ( lama kerja, lama istirahat dan sistem shift) dan ketersediaan pelayanan kesehatan kerja
IV. Macam Penyakit Paru Akibat Kerja
Berdasarkan Keppres RI no 22 tahun 1993 penyakit paru akibat kerja meliputi Pneumokoniosis, Penyakit paru & saluran napas oleh debu logam berat, Penyakit paru & saluran napas disebabkan oleh debu kapas, vlas, henep dan sisal (Byssinosis), Asma akibat kerja, Alveolitis alergika akibat debu organik, Kanker paru atau mesothelioma dan Penyakit infeksi oleh virus, bakteri atau parasit yang didapat pada pekerjaan berisiko terkontaminasi.
1. Pneumoconiosis
Merupakan istilah yang digunakan menyatakan penyakit paru yang disebabkan inhalasi debu terutama debu anorganik di alam. Penyakit tersebut antara lain :
a. Silicosis
Merupakan penyakit paru yang disebabkan oleh inhalasi dan retensi kristal silica dioxide di paru. Tenaga kerja yang terkena silicosis biasanya bekerja di industri penambangan batu, sanblasting dan industri lain yang terdapat debu silica yang dapat terhirup masuk ke dalam paru.
Sekitar satu juta pekerja diyakini terpapar debu silika di tempat kerjanya. Tiap tahun 200 orang meninggal akibat silikosis sebagai sebab utama kematiannya baik yang tercatat maupun yang tidak tercatat dalam catatatan laporan kematian. Angka rata-rata tersebut stabil mulai awal tahun 1990 dari tahun ke tahun.
b. Asbestosis
Merupakan penyakit paru progresif berupa jaringan parut di jaringan paru disebabkan oleh inhalasi filamen asbes ke dalam paru. Tenaga kerja yang terkena biasanya mereka yang bekerja pada industri konstruksi dan industri yang menggunakan bahan dasar asbes.
Di USA, diperkirakan 1,3 juta pekerja terpapar debu asbes di tempat kerjanya. Antara tahun 1980 hingga 2002 tercatat 6.343 kematian akibat asbestosis.
c. Coal worker’s (Black lung disease).
Merupakan penyakit paru yang disebabkan oleh inhalasi debu batu bara. Tenaga kerja yang terkena biasanya bekerja di industri pertambangan terutama tambang batu bara,
Diperkirakan 2,8% pekerja tambang batu bara terkena coal worker’s, di mana 0,2% mengalami fibrosis paru sebagai bentuk terberat dari penyakit ini. Tiap tahun terdapat 400 kematian akibat penyakit ini.
2. Byssinosis (Brown Lung disease)
Merupakan penyakit paru kronis yang menyerang pada tenaga kerja di industri tekstil akibat pemaparan debu kapas, vlas, henep dan sisal. Ditemukan pertama kali oleh dokter dari Belgia yang mengadakan penelitian tentang gejala penyakit saluran napas di industri tekstil 100 tahun yang lalu.
WHO menyatakan bahwa antara tahun 1979 hingga 2002 terdapat 140 kematian akibat terkena byssinosis. Tercatat lebih dari 35.000 kasus tenaga kerja yang mengalami gangguan fungsi paru akibat byssinosis.
3. Asma akibat kerja
Merupakan kasus penyakit paru akibat kerja paling sering timbul di USA. Diperkirakan 15 hingga 23% dari kasus penyakit asma baru yang muncul pada penderita dewasa merupakan asma akibat kerja. Kasus ini termasuk asma yang diperburuk oleh kondisi lingkungan kerja ( aggravate preexisting asthma )
4. Alveolitis alergika akibat debu organik
Penyakit ini lebih sering disebut juga sebagai Hypersensitivity pneumonitis. Alveolitis alergika merupakan penyakit paru yang diakibatkan inhalasi dari debu organik seperti spora jamur, kotoran burung. Debu organik yang terhirup menyebabkan peradangan pada alveoli dan dapat menimbulkan jaringan parut. Penyakit ini menyerang tenaga kerja yang bergerak
Kematian akibat penyakit ini meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1979 terdapat 20 kematian dan meningkat lebih dari dua kali lipat pada tahun 1999 yaitu menjadi 57 kematian.
5. Kanker paru atau mesothelioma oleh asbes
Di dunia, Sekitar 20 hingga 30 % pria dan 5 hingga 20 % wanita telah terpapar agen penyebab kanker paru di lingkungan kerjanya.
6. Penyakit infeksi oleh virus, bakteri atau parasit yang didapat pada pekerjaan berisiko terkontaminasi.
Penyakit yang termasuk dalam golongan ini adalah Anthrak, Tuberkulosis, Avian Infleuenza. Penyakit anthrak di derita oleh tenaga kerja di sektor peternakan dan penyamakan kulit binatang. Penyakit tuberkulosis menyerang tenaga kerja yang bekerja pada semua tenaga yang berisiko terkena penyebab penyakit paru akibat kerja lainnya. Penyakit avian influenza menyerang tenaga kerja di sektor peternakan unggas dan babi.
V.Upaya Pencegahan
Dalam rangka pencegahan Penyakit Paru akibat Kerja diperlukan kerja-sama sinergis antara tenaga kerja, Departemen K3, dokter perusahaan dan pihak manajemen perusahaan.
Kegiatan pencegahan meliputi kegiatan
1. Penerapan peraturan perundangan yang berlaku
Upaya perlindungan dan pencegahan terhadap akibat yang merugikan perusahaan maupun tenaga kerja melalui penerapan Standart Operating Procedure ( SOP ), Petunjuk dan cara kerja berdasar norma kerja berdasar Undang-undang dan peraturan K3 yang berlaku seperti Nilai Ambang Batas Faktor Kimia di tempat kerja.
2. Identifikasi Potensi Bahaya dan penilaian risiko
Merupakan pengenalan terhadap kondisi lingkungan kerja, pekerjaan dan beberapa faktor lingkungan kerja yang dapat mengakibatkan timbulnya penyakit paru akibat kerja. Hasil dari pengenalan dapat digunakan bahan dalam melakukan analisis risiko. Kedua hal tersebut sangat penting dalam upaya pencegahan
3. Pengujian dan pemantauan lingkungan kerja
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mendapat data mengenai faktor kimia maupun biologis. Dari kegiatan ini akan didapatkan hasil kadar potensi bahaya yang ada.
4. Pengujian Kesehatan Tenaga Kerja & Pemantauan Biologis
Pemeriksaan kesehatan sangat perlu dalam rangka penegakan diagnosis penyakit akibat kerja. Pemeriksaan kesehatan tersebut meliputi pemeriksaan kesehatan awal, berkala dan khusus.
5. Teknologi Pengendalian
Berdasarkan hirarki pengendalian mulai darieliminasi, subtitusi, engineering control, administrasi dan alat pelindung diri.
VI. Pustaka
1. Occupational Lung Disease Fact sheet. http://www.lungusa.org/site%20diakses%2017%20Juli%202006
2. Djojodibroto, R D. 1999. Kesehatan kerja di Perusahaan. Gramedia. Jakarta.
3. Budiono, S.A.M.; R.M.S. Jusuf dan Adriana, P. 2003.Bunga Rampai Hiperkes & KK, Universitas Diponegoro, Semarang
4. Suma’mur, PK. 1998. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. CV Masagung. Jakarta.
5. Williams, PL anda Burson, JL. 1985. Industrial Toxicology. Van Norstrand. New York.